Friday, June 26, 2020

Sejarah Perkembangan Fotografi Sebagai Seni

Pengertian dan Definisi Fotografi

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “Photos”: cahaya dan “Graphos”: Melukis) sehingga bisa disimpulkan bahwa fotografi adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. 

Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (Exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

Fotografi Adalah Seni (Sejarah dan Perkembangannya)

Sekitar abad ke-19, tepatnya di tahun 1839 merupakan tahun awal kelahiran fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi dengan hasilnya berupa rekaman dua dimensi seperti yang terlihat oleh mata, sudah bisa dibuat permanen.

Kegiatan fotografi semakin populer seiring dengan perkembangan teknologi hingga saat ini. Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura (The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991).

Berabad-abad kemudian, banyak yang menyadari dan mengagumi fenomena ini, mulai dari Aristoteles di abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab, Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM yang berusaha menangkap fenomena ini ke dalam suatu alat, hingga pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista Della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.

Berbagai penelitian kembali dilakukan namun perkembangan berarti terjadi pada tahun 1824. Seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur. Ia melanjutkan percobaannya hingga pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Penelitian demi penelitian terus berlanjut hingga pada tanggal 19 Agustus 1839, desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya. Sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan air suling.

Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Sejak saat itu fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat.

Pada tahun 1880-an, di Amerika, George Eastman menempatkan rol film fleksibel di pasar. Dan pada tahun 1889 dia memperkenalkan kamera Kodak pertama dengan slogan, “Anda menekan tombol dan kami melakukan sisanya”. Di era ini, kamera mulai bisa digunakan fotografer untuk mengeksplorasi media baru dari sudut pandang kreatif, mencoba untuk menemukan potensi dan keterbatasan dan mendefinisikan fotografi sebagai bentuk seni.

Tahun 1950, untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex, maka mulailah digunakan prisma (SLR), dan Jepang pun mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972, kamera Polaroid temuan Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Fotografi hari ini sesuai dengan perkembangan teknologi, juga sudah digunakan dalam berbagai profesi. Mulai dari digunakan media cetak dan televisi untuk informasi iklan hingga beberapa bidang profesi lain dari kedokteran hingga astronomi. Teknologi fotografi saat ini mampu mengantarkan manusia melihat object yang terlalu kecil untuk dilihat hingga foto tempat berbahaya yang sulit terjangkau manusia. Tetapi untuk kebanyakan orang, fotografi adalah hobi atau dijadikan sebagai profesi.

 

Fotografi adalah Seni

Kini fotografi secara luas telah diakui sebagai seni, ditampilkan di museum, dihargai oleh kolektor, dibahas oleh para kritikus, dan dipelajari dalam kursus sejarah seni. Tetapi pengakuan foto sebagai karya seni sempat mendapat beberapa pertentangan. Hal ini tak terlepas dari kenyataan bahwa fotografi menggunakan mesin.

Selain itu, pertentangan terjadi karena banyak yang berpendapat bahwa fotografi tidak membutuhkan kreativitas atau imajinasi karena subjek fotografi adalah “siap pakai” dan tidak memerlukan manipulasi atau kontrol oleh fotografer. Namun beberapa alasan di bawah ini meruntuhkan pendapat itu.

Sebuah kamera, tidak peduli berapa banyak fitur otomatis yang dimilikinya adalah benda tak bernyawa dan tidak bisa menghasilkan karya seni sampai seseorang menggunakannya. Seorang fotografer menciptakan gambar dengan proses seleksi, melihat melalui jendela bidik kamera harus memutuskan apa yang akan dimasukkan dan apa yang harus diabaikan dari tempat kejadian.

Mereka memilih jarak dari mana untuk mengambil gambar dan sudut mana yang tepat, yang tentunya paling sesuai dengan tujuan mereka. Mereka juga sabar menunggu sampai mendapatkan cahaya yang tepat atau mungkin mengambil keputusan sepersekian detik, tetapi hasil akhir tetap berpegang pada rasa seorang fotografer. Mereka dapat membekukan gambar yang bergerak atau merekamnya sebagai gambar yang kabur (blur).

Fotografer juga dapat mengubah warna dalam suatu gambar dengan pilihan mereka. Alasan-alasan tadi yang pada akhirnya membuat fotografi juga dianggap sebuah karya seni.

 

 

ABOUT

My photo
Saya adalah seorang fotografer dan editor foto, telah menekuni bidang pekerjaan ini sejak tahun 2008

Archive

Translate